Merpati Putih merupakan kependekan dari
kalimat dalam bahasa jawa, yaitu :
Mersudi patitising tindak pusakane titising hening (mencari tindakan yang paling tepat dalam keheningan/ mencari kebenaran dalam ketenangan)
Manunggalno estining roso pikiran ati tumuju ing pangeran udinen tataran ingkang hagung (menyatukan cipta karsa rasa pikiran dan hati kepada Allah swt untuk mencapai kemuliaan).
Mersudi patitising tindak pusakane titising hening (mencari tindakan yang paling tepat dalam keheningan/ mencari kebenaran dalam ketenangan)
Manunggalno estining roso pikiran ati tumuju ing pangeran udinen tataran ingkang hagung (menyatukan cipta karsa rasa pikiran dan hati kepada Allah swt untuk mencapai kemuliaan).
Sehingga diharapkan
anggotanya menyelaraskan hati dan pikiran dalam setiap tindakanya.
Selain itu PPS Betako Merpati Putih memiliki motto "Sumbangsihku tak berharga
tapi keikhlasanku nyata".
Merpati Putih merupakan warisan budaya
peninggalan nenek moyang Indonesia yang pada awalnya merupakan ilmu keluarga
keraton yang diwariskan secara turun temurun, yang pada akhirnya atas wasiat
sang guru ilmu Merpati Putih diperkenalkan dan disebar luaskan demean maksud
untuk ditumbuh kembangkan agar berguna bagi negara.
Awalnya aliran ini dimiliki oleh Sampeyan
Dalem Ingkang Sinuwhun Kanjeng Susuhunan Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang
Jumeneng Ing Kartosuro kemudian ke BPH Adiwidjojo (Grat-I), lalu setelah Grat
ketiga (R Ay Djojoredjoso ilmu yang diturunkan dipecah menurut spesialisasinya
sendiri-sendiri, seni beladiri ini mempunyai 2 saudara lainya, yaitu bergelar
Gagak Samudro dan Gagak Seto. Gagak Samudro diwariskan ilmu pengobatan dan
Gagak Seto ilmu sastra. Untuk seni bela diri diturunan kepada Gagak Handoko
(Grat-IX). Dari Gagak Handoko inilah akhirnya turun temurun ke Mas Saring lalu
Mas Poeng dan Mas Budi menjadi PPS Betako Merpati Putih. Hingga kini kedua
saudara seperguruan lainya tidak pernah diketahui keberadaan ilmunya dan masih
tetap dicari hingga saat ini di tiap daerah di tanah air guna menyatukan
kembali.
Secara jelas inilah silsilah penurunan PPS Betako Merpati
Putih :
- BPH Adiwidjojo (Grat-I)
- PH Singosari (Grat-II)
- R Ay Djojoredjoso (Grat-III)
- Gagak Handoko (Grat-IV)
- RM Rekso Widjojo (Grat-V)
- R Bongso Djojo (Grat-VI)
- Djo Premono (Grat0VII
- RM Wongso Djojo (VIII)
- Kromo Menggolo (Grat-IX)
- Saring Hadi Poernomo (Grat-X)
- Poerwoto Hadi Poernomo dan Budi Santoso Hadi Poernomo (Grat-XI)
Gagak Handoko
mendirikan perguruan di sekitar kawasan Bagelen dan akhirnyaperguruan itu
hijrah hingga daerah bagian utara pulau jawa. Sedangkan Gagak Samudra
mendirikan perguruannya di sekitar gunung Jeruk, tepatnya di kawasan Perbukitan
Menoreh. Begitu pula terhadap Gagak Seto mendirikan perguruanya disekitar
Magelang Jawa Tengah. Bila dilihat dari silsilahnya perguruan silat Merpati
Putih yang berkembang saat ini merupakan turunan langsung dari garis keturunan
Gagak Handoko.
Perlu diingat
beliau sempat melakukan pengembaraan yang cukup panjang sebagai upaya untuk
mencari kedua saudaranya yang selalu melakukan pengambaraan di seluruh penjuru
tanah air. Indonesia.
Di dalam pengembaraannya Gagak Handoko menggunakan nama samaran yaitu Ki Bagus
Karto. Hal ini agar tidak mudah dikenal oleh khalayak ramai. Sayang dalam
uapaya pencarian saudaranya tidak mengahsilkan titik terang dan akhirnya sang
pendekar kembali ke padepokanya guna mengembangkan ilmu silatnya sendiri.
Mengingat usianya
yang telah lanjut maka beliau memberi mandat kepada RM Rekso Widjojo untuk
melanjutkan tugas suci dalam mengembangkan perguruannya. Pada akhir hayatnya
sang Maha Guru wafat dan kemudian dimakamkan di gunung Jeruk. Dibawah
kepemimpinan RM Rekso Widjojo perguruan mengalami kemunduran. Setelah menyadari
keadaan tersebut maka ia menyerahkan kepemimpinanya kepada seorang keturunanya
yaitu R Bongsodjojo yang tinggal di kawasan Ngulakan Wates. Pada hakekatnya RM
Rekso Widjojo sendiri selalu mengikuti jejak ayahnya untuk mencari kesempurnaan
hidup baginya d wilayah gunung Jeruk.
Nampaknya
perguruan yang di pimpin oleh R Bongso Djojo pun tidak berkembang pesat
sehingga mengalami kemunduran sampai pada masa kepemimpinan RM Wongso Widjojo.
Dalam era kepemimpinan RM Wongso Widjojo pewaris kepemimpinan dalam perguruan
tidak berlanjut. Mengingat beliau tidak mempunyai keturunan maka untuk
meneruskan kepemimpinan, ia menunjuk 3 orang yang masih terhitung cucunya,
yaitu R Siswopranoto, Sarengat dan Saring Siswo Hadipoernomo untuk menjadi
muridnya.
Dari ketiga
cucunya yang paling tekun dan bersungguh-sungguh mendalami ilmu bela diri ini
adalah R Saring Hadi Poernnomo. Pengembangan ilmu yang diwariskan padanya
ternyata cukup menggembirakan. Itu karena beliau sendiri yang menganggap ajaran
perguruan yang diwariskan padanya kurang lengkap, maka ia berusaha
melengkapinya dengan ajaran Gagak Seto dan Gagak Samudra untuk kemudian
digabungkan dengan ilmu yang telah dimilikinya.
Raden Saring Hadi Poernomo ternyata berhasil melalui pengembangan yang dilakukanya dan kemudian diturunkan langsung kepada kedua anak lelakinya yaitu Poewoto dan Budi Santoso. Keduanya inilah yang mendapat gemblengan keras hingga menguasai benar ilmu ajaran ayahnya itu. Pada tahun 1982 Raden Saring mengamanahkan kepada kedua anaknya untuk mengembangkan ilmu mereka untuk kepentingan masyarakat luas. Mereka diminta menyebarkan ilmu yang semula milik keluarga itu.
Raden Saring Hadi Poernomo ternyata berhasil melalui pengembangan yang dilakukanya dan kemudian diturunkan langsung kepada kedua anak lelakinya yaitu Poewoto dan Budi Santoso. Keduanya inilah yang mendapat gemblengan keras hingga menguasai benar ilmu ajaran ayahnya itu. Pada tahun 1982 Raden Saring mengamanahkan kepada kedua anaknya untuk mengembangkan ilmu mereka untuk kepentingan masyarakat luas. Mereka diminta menyebarkan ilmu yang semula milik keluarga itu.
Berkat usaha keras
kedua putra pewaris ilmu keluarga itu, maka pada tahun 1983 berdirilah
Perguruan Merpati Putih yang merupakan singkatan dari "Mersudi Patitising
Tindak Pusakane Titising Hening" yang berarti mencari sampai mendapat
tindak yamg benar dalam keheningan.
Adapun lambang dari Perguruan Betako Merpati Putih memiliki arti sebagai berikut :
Adapun lambang dari Perguruan Betako Merpati Putih memiliki arti sebagai berikut :
- Perisai persegi lima melukiskan dasar negara Republik Indonesia;
- Bentuk telapak tangan kanan melukiskan semangat perjuangan, kepahlawanan, pembangunan serta semangat gotong royong yang kesemuanya diartikan dengan jiwa yang tguh, berjuang dengan gagah berani untuk mencapai tujuan yang suci;
- Merpati Putih cinta perdamaian dan berjiwa perikemanusiaan yang adil dan beradap;
- Tulisan Merpati Putih dengan warna putih diatas pita merah melukiskan keberanian atas dasar kesucian;
Arti
warna yang dipergunakan:
- Biru langit (kesetiaan dan kedamaian)
- Hitam (keteguhan dan keabadian)
- Kuning emas (keluhuran, keagungan dan kemashuran)
- Merah (keberanian)
- Putih (kesucian)
Komposisi warna
biru langit, hitam, kuning, merah dan putih menggambarkan kemashuran,
kepahlawanan dalam memperjuangan cita-cita yang suci menentang keangkaramurkaan
dan watak demikian akan tetap dipertahankan secara abadi, sebagai watak dari
warga/ anggota Betako Merpati Putih dimanapun ia berada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar